Sephia, Sang Gadis Impian
Partikel 1
"Apa yang sedang kau pikirkan?", tanya seorang gadis lugu yang sedang duduk di sebuah taman. Di halaman kelas ia duduk bersama seorang pria, kepadanyalah ia bertanya. Pria yang duduk tepat di sampingnya itu terlihat sangat gelisah. Dengan lamunan yang sepertinya sangat mempengaruhi pikirannya.
Si gadis bernama Alya itu kini mulai turut dalam kegelisahan, seiring dengan pertanyaan yang tidak menemui jawaban.
"Apakah kau sedang memikirkannya?" Alya kembali bertanya yang kini menyambungkan nya dengan sesosok orang yang pernah ada di hidup mereka. Pria itu tetap diam tanpa menjawab apa-apa.
Kemudian pria itu beranjak dari tempat duduknya, berdiri 3 langkah di depan tempat asalnya. Tanpa menoleh kepada Alya, ia mulai buka suara.
"Aku tak tau, sebenarnya apa yang sedang membebani pikiranku. Yang kutau aku pernah mengecewakanmu dengan segala kebodohanku." Alya diam dengan apa yang sedang didengarnya. Ia mulai teringat kemana arah pembicaraan itu sebenarnya. Ia tidak menyela apa-apa, membiarkan si pria menyambung perkataannya. "Aku terlahir bersamamu.. Aku besar juga bersamamu.. Dalam kesadaranku aku tak pernah ingin menghianatimu apalagi sengaja melukaimu. Namun aku tak tau kenapa aku bisa begitu, pada waktu itu." Suasana mulai berubah menjadi melodi nostalgia pada kenangan mereka berdua.
"Aku yakin kau bisa melupakannya, namun aku tak yakin kau bisa memupus rasa sakitnya. Aku tau dia memang begitu membuatku buta. Yang pada akhirnya aku juga tau siapa dia sesungguhnya." Pria itu menundukkan kepalanya.
"Sudahlah, mant. Kenapa kamu terus mengingat-ingat itu. Bukankah kamu sudah berjanji kepadaku untuk sesegera mungkin memupus penyesalanmu dan memulai kehidupan baru. Itu juga sudah lama." Ujar Alya kepada pria yang dikenal sebagai Amant, seraya menenangkan.
"Kau tau, Al. Itu tidak mudah. Apalagi untuk orang seperti aku ini", Amant.
"Dan aku juga tau, Mant. Kamu bisa melewati semua itu. Disini ada aku disampingmu. Ada Hari, Safar, Nibal dan Rica yang senantiasa menemanimu", Alya. Kemudian Amant-pun kembali terdiam.
2 Tahun yang Lalu..
Hari ini Amant dihukum oleh Divisi Kedisiplinan karena datang terlambat. Ia harus menerima hukuman membersihan seisi perpustakaan sekaligus menata ulang setiap bukunya.
Ya, Amant adalah satu diantara ratusan siswa baru di SMU Gadjah Mada yang tengah menjalani Masa Orientasi Siswa. Kedisiplinan memang harus diutamakan oleh mereka semua, jika ada sedikit saja penyelewengan yang dilakukan mereka, mereka harus siap dengan konsekwensi hukumannya.
Amant bertemu dengan mbak Afifah, penjaga perpustakaan untuk mengatakan maksudnya. Mbak Afifah sangat senang mendengar hal itu, dengan segera ia pun memberikan tugas kepada Amant. Amant menjalankan dengan penuh pertanggungjawaban.
Beberapa saat kemudian datang seorang siswi. Siswi itu diantarkan salah seorang senior OSIS yang sebelumnya juga mengantarkan Amant.
"Ada keperluhan apa, dik?" mbak Afifah menyapanya. Sedang Amant dari kejauhan mencoba-coba mendengarkan sambil terus melanjutkan pekerjaan.
"Begini, mbak. Saya tadi berangkatnya telat. Terus saya dihukum Divisi Kedisiplinan untuk bantuin mbak di perpustakaan." tutur siswi tersebut menjawab pertanyaan mbak Afifah.
Kemudian sama seperti sebelumnya, mbak Afifah langsung menugaskan siswi itu seperti ia menugaskan Amant. Dan siswi itu pun menjalankan tugasnya.
Beberapa saat kemudian Amant dan siswi tadi berdekatan. Amant menyapa, "Hai..."
"Hai juga.."
"Dihukum juga? Kenapa?" tanya Amant yang sebenarnya sudah tau jawabannya.
"Aku tadi datang telat"
"Sama dong. Kok bisa kamu telat, kenapa?"
"Ban motorku meletus." wajah siswi itu cemberut kesal.
"Oh ya.. Betewe boleh kenalan? Kenalkan aku Amant Putra Hardianto. Panggil saja Amant. Kamu?"
"Sephia Puspita, panggil saja Sephia." mereka berjabatan tangan. Itulah awal kisah mereka berdua.
Amant dan Sephia sudah hampir menyelesaikan tugasnya. Seisi perpustakaan sudah bersih. Buku-buku juga sudah tertata dengan rapi sesuai tempatnya masing-masing.
"Mbak? Apakah kami sudah boleh kembali ke kelas? Kami sudah selesai." Ujar Amant kepada mbak Afifah seraya berpamitan.
"Loh, dik. Udah beneran kah? Ini masih jam 9 loh." pungkas mbak Afifah berupaya menahan Amant dan Sephia..
"Lah seharusnya jam berapa, mbak?", Sephia.
"Ini intruksinya paling tidak sampai jam 10, dik.", mbak Afifah.
"Haah... Yang bener aja mbak? Masak sejam lagi kami disini. Ngapain?", Amant.
"Iya, mbak. Kan juga udah selesai hukuman kami.", Sephia turut membenarkan keluhan Amant.
"Ya bantu-bantu mbak Ipa lah dik disini." pungkas mbak Afifah ringan.
"Bantu apa lagi, mbak? Kan udah bersih semua!! Buku juga sudah tertata pada tempatnya." jawab Amant masih menego hukumannya.
"Daripada hukuman kalian diganti bersihin kamar mandi. Kalian mau?", mbak Afifah.
"Ya nggak mau lah, mbak. Udah bersihin perpus kok kamar mandi juga.", Amant.
"Makanya disini dulu aja. Lagian nih, Divisi Kedisiplinan itu hukumannya durasi waktu, bukan pekerjaan. Kalian ini harusnya bersyukur, hanya dihukum bersihin perpus. Bagaimana kalo hormat bendera? Sampai jam 10 kuat?", mba Afifah.
"Iya juga sih...", Amant.
"Yaudah gini saja. Kalian baca-baca buku atau ngobrol sana. Kalian belum pada kenalan kan? Silakan sana berbincang-bincang sampai waktu selesai hukuman.", mbak Afifah.
"Yasudah mbak kalo gitu", Amant dan Sephia pun memutuskan mencari buku untuk dibaca. Amant melihat-lihat buku pelajar. Melihat-lihat sedikit tentang bagaimana ilmu yang ia dapatkan.
Beberapa saat setelahnya, Amant mulai terganggu oleh keberadaan Sephia. Ia tidak melihat keberadaannya. Ia pun mencarinya, yang akhirnya ketemu di Rak F, tempat buku-buku fiksi lama.
"Nyari buku apa?" tegur Amant. Sephia yang fokus mencari buku yang tengah ia jelajahi tidak menggubris teguran Amant. Amant pun mengulangi tegurannya hingga beberapa kali. Sampai akhirnya ia pun menegur Sephia dengan tepukan tangannya. Sephia pun terkejut.
"Kamu ini apaan sih!!!" komplain Sephia.
"Kamu yang apaan. Dipanggil dari tadi nggak jawab."
"Kamu kan bisa lihat aku sedang apa?"
"Yang kutau kau sedang mencari sesuatu yang aku tak tau apa itu."
"Kalo tidak tau, cukup diam dan lihatlah aku. Jangan dulu mengganggu."
"Aku hanya menyapamu, tidak sedikitpun berniat mengganggu. Apa menurutmu aku mengganggu." Amant menerangkan.
"Nggak meluluh, tapi sedikit bagi konsentrasiku." Sephia menghadap ke Amant kemudian kembali menjelaskan. "Bukankah kamu tau aku sedang mencari sesuatu? Aku sedang mencari sebuah buku, yang kini tengah aku hitung untuk menemukan keberadaannya. Aku butuh konsentrasi dalam menghitung, lalu kamu mengganggu konsentrasiku." jawab Sephia kesal.
"Kalo begitu maafkan aku!! Apakah kamu mau kubantu?", pungkas Amant menawarkan bantuan.
"Jika mengulangi hitunganku, aku tak perluh bantuanmu.", Jawab Sephia ketus.
"Di nomor berapa buku yang kau cari?", Amant.
"Rak F, nomor 420A-425A.", Sephia.
"Gini caranya. Perhatikan!!" Amant mulai menunjukkan kepada Sephia bagaimana cara menemukan bukunya dengan cepat.
"Pertama-tama kita temukan dulu rak F, yang mana kita sudah berdiri di depannya. Kemudian kita harus temukan dulu kode jenis bukunya, disini kita harus mencari kode A. Setelah itu kita cari nomor bukunya. Disini kalo kita cari dengan cara kamu tadi, itu nggak akan selesai. Caranya gini aja. Setiap kode buku itu terdiri dari sepuluh kotak. Di setiap kotaknya dapat diisi 60 buku, dengan begitu di setiap kode dapat diisi 600 buku. Sekarang kita cari keberadaan buku yang kamu cari dengan menemukan nomor bukunya. Disini adalah 420-425. Berdasarkan kelipatan nomor 420 itu berada pada kotak ketujuh. Dikotak ketujuh ini berisi nomor 361-420. Jika buku yang kamu cari itu 420-425, berarti buku itu berada di 24 buku awal kota kedelapan. Dan satu buku terakhir dikotak ketujuh. Silakan diambil!!"
"Wah..." Sephia termanguh.
"Yaudah aku kesana dulu cari bukuku. Silakan pilih bukumu." Amant meninggalkan Sephia dengan senyuman.
Tiba-tiba Sephia menghentikan Amant berkata, "Terimakasih..."
__________________________
Terima kasih telah menyempatkan waktu untuk mengunjungi cerita kami!!
Sampaikan kritik dan saran ke alamat email kami dibawah ini.
Salam Dimensi!!!